Bismillahirrahmanirrahim....
AssaLamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.....
Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah
menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia
memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga
ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku). Kebahagiaan
ini lahir dari istri yang apabila suami
memandangnya, membuat suami bertambah kuat
jalinan perasaannya. Wajah istri adalah
keteduhan, telaga yang member kesejukan
ketika suami mengalami kegerahan. Lalu
apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga
ketika suami memandangnya semakin besar rasa
sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan
mudah terkesan oleh kecantikan wajah.
Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki
jika ia memiliki istri yang berwajah
memikat. Tapi asumsi ini segera dibantah
oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa
fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan
pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan
kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri. Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika
memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat. Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin saying ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah! Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung. ” (HR. bukhari, Muslim) Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah. Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang
akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami. Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya. Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para
shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…? Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya … Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya)
“ Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. ” (QS. Al-Hujaraat: 7) Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta ’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat. Wanita
benar-benar sangat diuntungkan, karena ia
memiliki kesempatan yang lebih besar dalam
hal perhiasan jiwa dengan arti yang
sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki
sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya
ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala
sesuatu yang dapat menghancurkanya dan
menghilangkan rasa malunya ….! Saudariku…
jika engkau telah menikah, maka nasihat ini
untuk mengingatkanmu agar engkau selalu
menampilkan kecantikan dirimu dengan
kecantikan sejati yang berasal dari dalam
jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang
akan lenyap dengan lenyapnya sebab. Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia. Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri.
0 comments: