BEKERJALAH DENGAN CINTA

 Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

 Wanita itu memang tidak terlalu rentan, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

 * * *

 Selalu…

 Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.

 Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.

 Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

 Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

 Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

 Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

 Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.

 Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

 Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

 Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…

 Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a’lamu bish-shawaab.

0 comments:

Keajaiban Doa Istri Sholehah

Keajaiban doa seorang istri yang sholehah didengar oleh Allah yang berkenan membukakan pintu hati suami. Biasanya setiap orang yang menghadapi kesulitan atau masalah dalam rumah tangganya selalu saja godaan meninggalkan atau bercerai dengan pasangannya, Begitu pula seorang ibu, beliau lebih memilih mempertahankan keutuhan rumah tangganya, keajaiban doa itu begitu nyata baginya. keyakinannya hanya dengan Kasih Sayang Allah, keluarganya bisa diselamatkan. Hari itu beliau datang untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia. Sebagai bentuk syukur atas nikmat karunia Allah, karena keluarganya telah utuh dan berkumpul kembali. Beliau bertutur, keluarganya bahagia karena telah memiliki tiga putri yang cantik-cantik namun suaminya menginginkan anak laki-laki. Bagi suami, anak laki-laki ada penerus keturunan bagi dirinya.Â

 Sampai suami mengatakan bila tidak mendapatkan anak laki-laki, dia akan menikah lagi. Sikap romantis yang biasa ditunjukkan suami sudah hilang. Berjudi dan minum2an keras hampir dilakukan setiap malam. Usaha yang dirintisnya bangkrut, semua tanah dijual. Sang Ibu menjadi penyelamat bagi keluarganya. Buka warung nasi dipinggir jalan. Semua kehidupan yang dulu menjadi kebanggaannya ditanggalkan. Disaat orang lain tertidur lelap, beliau harus bangun, berbelanja, memasak, sehabis sholat subuh sudah berjualan. Setelah dzuhur tiba pulang mengurus rumah, mencuci, juga melayani suami dan anak-anaknya. Sampai pada satu hari ditengah kelelahan beliau ambruk, jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Dalam keputusasaannya karena sakit tidak sembuh, putrinya yang telah duduk di bangku SMA selalu menguatkan hatinya dan mengajak berdoa, memohon kepada Allah.

 ‘Mah, yuk berdoa memohon kesembuhan kepada Allah, jangan putus asa Ma..’ kata putrinya, ‘Allah tidak ada,’ jawab beliau dengan tetesan atmosphere mata, putrinya terkejut mendengarkan. ‘Kalo ada kenapa Allah membiarkan aku hidup menderita terus.’ ‘Istighfar Ma, Mama harus yakin. Bukankah Mama yang mengajarkan hanya Allah penolong kita.’ tutur putrinya. Kemudian beliau berdoa bersama putrinya memohon kesembuhan kepada Allah. Pada pagi hari, dokter memperbolehkannya pulang. Anugerah Allah tidak berhenti sampai disitu, putri-putrinya menjadi lebih peduli dan perhatian kepada beliau. Kehidupan keluarganya berubah, kesabaran sang ibu membuahkan hasil. Suami mulai berubah kebiasaan buruknya berjudi dan minuman keras sudah ditinggalkan, sang suami berkomitmen untuk mengurus istri dan putri-putrinya dengan baik. Di dalam kehidupan rumah tangga senantiasa membutuhkan pengorbanan dan kasih sayang. Bila ditengah jalan Ibu memilih untuk berpisah atau bercerai dari suami maka tidak ada kebahagiaan yang bisa dirasakan. Pengorbanan dan kasih sayang ibu telah menjadi teladan bagi putri-putrinya.

2 comments:

ADAB BERTUTUR KATA WANITA SHOLEHAH


Wahai saudariku muslimah, berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta’ala berfirman:: “Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia “. (An nisa:114). Dan ketahuilah wahai saudariku, semoga Allah ta’ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu. “Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf:17-18).

 Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas, yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.
 Bacalah Al qur’an karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti. Dari Abdullah bin ‘Umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda: “Dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
 Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan,karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan. Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud)
 Jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias diri) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu,dengan tujuan membanggakan diri dihadapan manusia. Dari aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan: “Wahai Rasulullah,aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya”. Berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,: “Orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi,seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (Muttafaq alaihi)
 Sesungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh yang kuat didalam kehidupan ruh seorang muslim,kejiwaannya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya. maka bersemangatlah wahai saudariku muslimah untuk senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala,disetiap waktu dan keadaanmu.Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya: ” Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran: 191).
 Jika engkau hendak berbicara,maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata,sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,dimana Beliau bersabda: ” Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.” (HR.Tirmidzi,Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani radhiallahu anhu)
 Jauhilah dari terlalu banyak tertawa, terlalu banyak berbicara dan berceloteh. Jadikanlah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, sebagai teladan bagimu, dimana beliau lebih banyak diam dan banyak berfikir. Beliau Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, menjauhkan diri dari terlalu banyak tertawa dan menyibukkan diri dengannya. Bahkan jadikanlah setiap apa yang engkau ucapkan itu adalah perkataan yang mengandung kebaikan, dan jika tidak,maka diam itu lebih utama bagimu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, bersabda: ” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik,atau hendaknya dia diam.” (Muttafaq alaihi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)
 Jangan kalian memotong pembicaraan seseorang yang sedang berbicara atau membantahnya, atau meremehkan ucapannya. Bahkan jadilah pendengar yang baik dan itu lebih beradab bagimu,dan ketika harus membantahnya,maka jadikanlah bantahanmu dengan cara yang paling baik sebagai syi’ar kepribadianmu.
 Berhati-hatilah dari suka mengolok-olok terhadap cara berbicara orang lain, seperti orang yang terbata-bata dalam berbicara atau seseorang yang kesulitan berbicara. Alah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”(QS.Al-Hujurat:11)
 Jika engkau mendengarkan bacaan Alqur’an,maka berhentilah dari berbicara,apapun yang engkau bicarakan, karena itu merupakan adab terhadap kalamullah dan juga sesuai dengan perintah-Nya, didalam firman-Nya: : “Dan apabila dibacakan Alqur’an,maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian diberi rahmat”. (Al A’raf :204)
 Bertakwalah kepada Allah wahai saudariku muslimah,bersihkanlah majelismu dari ghibah dan namimah (adu domba) sebagaimana yang Allah ‘azza wajalla perintahkan kepadamu untuk menjauhinya. Bersemangatlah engkau untuk menjadikan di dalam majelismu itu adalah perkataan-perkataan yang baik dalam rangka menasehati, dan petunjuk kepada kebaikan. Perkataan itu adalah sebuah perkara yang besar, berapa banyak dari perkataan seseorang yang dapat menyebabkan kemarahan dari Allah ‘azza wajalla dan menjatuhkan pelakunya ke dalam jurang neraka. Di dalam hadits Mu’adz radhiallahu anhu tatkala Beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam: ”Apakah kami akan disiksa dengan apa yang kami ucapkan?”. Maka jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Engkau telah keliru wahai Mu’adz,tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka diatas wajah-wajah mereka melainkan disebabkan oleh ucapan-ucapan mereka.” (HR.Tirmidzi,An-Nasaai dan Ibnu Majah)
 Berhati-hatilah (semoga Allah menjagamu) dari menghadiri majelis yang buruk dan berbaur dengan para pelakunya,dan bersegeralah-semoga Allah menjagamu- menuju majelis yang penuh dengan keutamaan, kebaikan dan keberuntungan.
 Jika engkau duduk sendiri dalam suatu majelis, atau bersama dengan sebagian saudarimu,maka senantiasalah untuk berdzikir mengingat Allah ‘azza wajalla dalam setiap keadaanmu sehingga engkau kembali dalam keadaan mendapatkan kebaikan dan mendapatkan pahala.Allah ‘azza wajalla berfirman: “(Yaitu) orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri,atau duduk,atau dalam keadaan berbaring” (QS..ali ‘imran :191)
 Jika engkau hendak berdiri keluar dari majelis, maka ingatlah untuk selalu mengucapkan: “Maha Suci Engkau ya Allah dan bagimu segala pujian,aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu, dan aku bertaubat kepada-Mu”, sehingga diampuni bagimu segala kesalahanmu di dalam majelis tersebut.

 Wahai saudariku, jadilah wanita yang berakhlak mulia, menjaga lidah dari hal hal yang tak patut untuk disampaikan, berfikirlah baik baik sebelum bertutur kata. Lisanmu..mewakili kehendak hatimu, dan hati yang terjaga tidak akan mengatakan perkataan perkataan yang tidak berguna. Dan ingatlah saudariku, agama itu nasehat batin, memperbaiki akhlak lahiriyah dengan memperbaiki..hati yang tersembunyi..

2 comments:

Cara Wanita Muslimah Berhias


Berhias adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seorang manusia, entah lelaki atau wanita bahkan banci. Islam sebagai agama yang sesuai dengan naluri manusia tentu saj tidak menyepelekan masalh berhias.Sehingga masalh berhias ini tentu saja sudah di bahas dalam syariat Islam. Sehingga berhias ini bisa menjadi amal shaleh ataupun amalan salah, tergantung sikap kita mau atau tidak mengindahkan kaedah syariat tentang berhias.

 Semoga memberikan manfaat bagi kita dengan adanya artikel ini, yang berupaya menuturkan beberapa kaedah dan disiplin dalam berhias yang dibolehkan, agar dapat menjadi barometer setiap kali wanita akan berhias, baik dengan menggunakan hiasan klasik maupun moderen, dimana para ulama belum menyebutkan pendapat tentang hiasan itu.

 Kaedah pertama: Hendaknya cara berhias itu tidak dilarang dalam agama kita segala bentuk perhiasan yang dilarang oleh Alloh Azza wa Jalla dan Rasulnya, berarti haram, baik Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam telah menjelaskan bahayanya kepada kita maupun tidak.

 Kaedah kedua: Tidak mengandung penyerupaan diri dengan orang kafir ini kaedah terpenting yang harus dicermati dalam berhias. Batas peyerupaan diri yang diharamkan adanya kecendrungan hati dalam segala hal yang telah menjadi ciri khas orang kafir, karena kagum dengan mereka sehingga hendak meniru mereka, baik dalam cara berpakaian, penampakan, dan lain-lain. kalaupun pelakunya mengaku tidak bermaksud menirukan orang kafir, namun penyebabnya tetap hanyalah kekerdilan dirinya dan hilangnya jati diri sebagai muslim yang berasal dari kelemahan dari akidahnya. Anehnya, seorang muslim terkadang mengamalkan suatu amalan yang memiliki dasar dalam ajaran syariat kita, tetapi kemudian ia berdosa dalam melakukannya, karena ia berniat menirukan orang kafir.

 Contohnya, seorang laki-laki yang membiarkan panjang jenggotnya. membiarkan jenggot menjadi panjang pada dasarnya adalah salah satu dari syariat Islam bagi kaum laki-laki, tetapi ada sebagian laki-laki yang membiarkan panjangkan jenggotnya karena mengikuti mode dan meniru mentah-mentah orang barat. Ia berdosa dengan perbuatannya itu, karena seperti informasi yang tholibah peroleh, terdapat seorang pemuda yang baru datang dari barat dengan jenggotnya yang panjang, menurut tren/kecenderungan mode orang-orang barat. Ketika dia tahu bahwa di negrinya jenggot merupakan syiar Islam dan juga syiar orang Shalih dan mengerti agama, segera ia memotomg jenggot!!

 Contohnya dikalangan wanita, memanjangkan ujung pakaian. Perbuatan itu (yakni memanjangkan ujung satu jengkal atau satu hasta )adalah termasuk sunnah-sunah bagi kaum wanita yang telah ditinggalkan orang pada masa sekarang ini. Tetapi ketika orang-orang kafir juga melakukannya pada beberapa acara resmi mereka sebagaian kaum muslimin yang sudah ternodai pikiran mereka menganggap itu sebagai kebiasaan yang bagus, dan merekapun mengikutinya, untuk meniru orang-orang kafir tersebut. Sebaliknya, diselain acara-acara khusus tersebut mereka kembali kepada kebiasaan orang kafir dengan mengenakan pakaian mini/ketat atau You Can See !!! dalam dua kesempatan itu mereka tetap berdosa.

 Kaedah ketiga: Jangan sampai menyerupai kaum lelaki dalam segala sisinya.

 Kaedah keempat: Jangan berbentuk permanen sehingga tidak hilang seumur hidup

 Kaedah kelima: Jangan mengandung pengubahan ciptaan Alloh Azza wa Jalla.

 Kaedah keenam: Jangan mengandung bahaya terhadap tubuh.

 Kaedah ketujuh: Jangan sampai menghalangi masuknya air ke kulit, atau rambut terutama yang sedang tidak berhaid

 Kaedah kedelapan: Jangan mengandung pemborosan atau membuang-membuang uang.

 Kaedah kesembilan: Jangan membuang-buang waktu lama dalam arti, berhias itu menjadi perhatian utama seorang wanita

 Kaedah kesepuluh: Penggunaannya jangan sampai membuat si wanita takabur, sombong dan membanggakan diri dan tinggi hati dihadapan orang lain

 Kaedah kesebelas: Terutama, dilakukan untuk suami. boleh juga ditampakkan dihadapan yang halal melihat perhiasannya sebagaimana difirmankan oleh Alloh Azza wa Jalla dalam Al-Qur”an ayat 31 dari surat An-Nur

 Kaedah keduabelas: Jangan bertentangan dengan fitrah

 Kaedah ketigabelas: Jangan sampai menampakan aurat ketika dikenakan. Aurat wanita dihadapan sesama wanita adalah dari mulai pusar hingga lutut namun itu bukan berarti seorang wanita bisa dengan wanita menampakkan perut punggung atau betisny dihadapan sesama wanita tetapi maksudnya adlah bila diperlukan, seperti ketika hendak menyusukan anak atau mengangkat kain baju unutk satu keperluan sehingga sebagian betisnya terlihat, dst. Adapu bila ia sengaja melakukannya karena mengikuti mode dan meniru wanita-wanita kafir, tidak dibolehkan. Wallahu”alam. Dan terhadap kaum laki-laki adalah seluruh tubuhnya tanpa terkecuali..

 Kaedah keempat belas: Meskipun secara emplisit, janggan sampai menampakkan postur wanita bagi laki yang bukan mukhrim menampakan diri wanita dan menjadikannya berbeda dari wanita lain, sehingga menjadi pusat perhatian. Itulah yang dinamakan: jilbab modis.

 Kaedah kelima belas: Jangan sampai meninggalkan kewajibannya, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian wanita pada malam penggantin mereka atau pada berbagai kesempatan lainnya. Inilah beberapa kaedah penting bagi wanita dalam berhias sebatas yang nampak bagi penulis dari nash-nash syari’at dan pernyataan para ulama hendaknya setiap wanita menghadapkan diri kepada masing-masing kaedah ini ketika berhias. Satu saja yang hilang, maka berarti ia dilarang berhias dengan cara itu. Wallahu ‘alam

2 comments:

Istri yang Menyejukkan Hati

Sebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat yaitu wanita shalihah. Semoga melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seseorang yang mendambakan keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai oleh Allah ‘Azza wa jalla

Ia menceritakan pengalamannya:

“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati): “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”

Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat.”

Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.

Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”

Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)

Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).

Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.”

Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”

Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”

Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”

Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.

Tibalah waktu kunjungan mertua.

Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).

Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.

Aku bertanya, “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”

Istriku menjawab, “Ia adalah ibuku.”

“Marhaban”, sahutku.

Ia (ibu mertua) berkata, “Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?”

“Alhamdulillah baik-baik saja”, jawabku.

“Bagaimana keadaan istrimu?” Tanyanya.

Aku menjawab, “Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia mendidik dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.”

Ia berkata, “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan anak. Apabila engkau melihat sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul saja. Karena, tidaklah kaum lelaki memperoleh sesuatu yang lebih buruk dalam rumahnya selain wanita warhaa’ (yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).

Syuraih berkata, “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia pergi sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan keluarga istrimu ke rumahmu?”

Aku menjawab pertanyaannya, “Sekehendak mereka!” Yaitu sesuka mereka saja.

Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.”

0 comments:

Istri Sholehah

  • Istri sholehah akan tampak pada kondisi bencana, cobaan, prahara, dan krisis. 
  • Istri sholehah mencintai laki-laki yang menikahinya. 
  • Istri sholehah berhias dan berdandan demi suaminya dengan perbuatan dan perkataannya. 
  • Istri sholehah adalah orang yang cerdas dan bodoh sekaligus. Cerdas sehingga dapat  menemukan kejeniusan suaminya, dan bodoh sehingga tidak mengetahui kekurangan dan kesalahan suaminya. 
  • Istri sholehah menerima suaminya demi  mendapatkan kestabilan, sedangkan suami  menerima kestabilan demi mendapatkan istri  sholehah. 
  • Istri sholehah adalah orang yang berpendapat  bahwa misi hidupnya adalah membahagiakan suami. 
  • Istri sholehah adalah orang yang  memberitahukan suaminya akan keagungan sang  suami, berkorban demi membahagiakan suami, dan selalu jujur dalam setiap perkataannya. 
  • Istri sholehah berbahagia karena upayanya  membahagiakan suami.
    Airmata istri sholehah lebih berharga daripada  darah istri yang menyusahkan. 
  • Istri sholehah melakukan apapun yang  membahagiakan suaminya dan bersabar atas  tindakan suaminya yang tidak menyenangkan. 
  • Istri sholehah adalah tatakan bunga-bunga rumah  tangga yang menebar aroma semerbak. Rumah  tangga tanpanya seperti jambangan dan botol  parfum yang kosong. 
  • Istri sholehah mengetahui tentang diri suaminya  apa yang tidak diketahui sang suami sendiri. 
  • Istri sholehah adalah makhluk paling indah yang  diciptakan Allah di muka bumi. 
  • Istri sholehah tidak mendengar, tapi tidak tuli;  tidak melihat, tapi tidak buta; tidak berbicara, tapi  tidak bisu. Semua perkataannya berasal dari lubuk  hatinya, bukan reaksi dan basa basi. 
  • Istri sholehah adalah satu-satunya orang yang  dapat membuat keluarganya dan keluarga  suaminya sama-sama mencintainya. 
  • Istri sholehah mengutamakan keluarga dan suaminya daripada dirinya sendiri. 
  • Istri sholehah memberi gula pada setiap ucapannya pada suami dan menghilangkan sedikit garam dari setiap ucapan suaminya padanya. 
  • Istri sholehah dicintai suami, karena keanggunannya adalah sumber ketentraman suami, kelembutannya adalah sumber ketenangan suami, dan senyumannya adalah ganjaran bagi jerih payah suami. 
  • Istri sholehah berbelanja berdasarkan pendapatan suami bukan berdasarkan kebutuhannya. 
  • Istri sholehah adalah bunga yang indah dan harum yang mekar di taman semesta, namun memiliki duri yang melindungi dirinya. Diketik ulang dari buku Untukmu Yang Akan Menikah dan Telah Menikah (Syaikh Fuad Shalih)

0 comments:

Di Balik Kemilau Hiasanmu

Mengenakan perhiasan bagi wanita merupakan sesuatu yg sangat lazim. Masalah tdk semua perhiasan yg jamak dikenal di masyarakat yg mencocoki syariat.
“Apakah patut orang yg dibesarkan dlm keadaan beperhiasan sedang dia tdk dapat memberi alasan yg jelas dlm pertengkaran. ”
Kenyataan menunjukkan wanita memang senang berhias sebagaimana firman Allah dlm ayat yg mulia di atas. Islam pun datang menetapkan aturan mana perhiasan yg boleh dikenakan dan mana yg terlarang. Untuk perhiasan pada wajah telah disinggung pada edisi sebelumnya. Bahasan kali ini merupakan kelanjutannya.
Berbagai jenis dan bentuk perhiasan Dibolehkan bagi wanita utk memakai berbagai jenis perhiasan baik yg terbuat dari emas perak mutiara atau yg lainnya. Sama saja apakah perhiasan itu diletakkan di telinga tangan ataupun kakinya. Hal ini bisa diketahui di antara dari hadits- hadits yg mulia berikut ini:
Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma bertutur:
“Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat mengimami manusia pada hari Iedul Fithri kemudian beliau berkhutbah. Setelah itu beliau mendatangi tempat wanita utk memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dlm keadaan beliau bersandar pada tangan Bilal. Beliau mendorong mereka utk bersedekah. Bilal pun membentangkan baju utk menadah sedekah tersebut.”
Ibnu Juraij yg mendengar hadits ini dari ‘Atha rawi yg menyampaikan riwayat dari Jabir bertanya:
“Apakah yg mereka berikan itu zakat Iedul Fithri?”. “Bukan” kata Atha. “Tetapi itu adl sedekah mereka pada hari tersebut” lanjutnya.
“Para wanita itu melemparkan cincin-cincin mereka dan perhiasan lain sebagai sedekah.”
Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma disebutkan:
“Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat Ied dua rakaat dan tdk melaksanakan shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita dgn ditemani Bilal. mk beliau memerintahkan mereka utk bersedekah. Mendengar anjuran tersebut mulailah wanita yg hadir melemparkan anting-antingnya.”
‘Aisyah radhiallahu anha pernah meminjam kalung milik saudara perempuan Asma bintu Abi Bakar utk berhias di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kalung ini kemudian jatuh dari ‘Aisyah dlm satu safar - bersama Rasulullah dan dicari oleh para shahabat hingga mereka tertahan di tempat yg tdk ada air sementara mereka hendak shalat. Dari peristiwa ini turun syariat tayammum dlm Al Qur’an surat Al-Maidah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapat hadiah dari raja Najasyi berupa perhiasan di antara ada cincin emas bertahtakan batu permata Habasyi. Beliau mengambil kemudian memanggil cucu Umamah putri Zainab. Lalu beliau berkata: 
“Berhiaslah dgn cincin ini wahai cucuku.” Dalam kitab Shahih- Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah membuat bab khusus yg berjudul “Cincin bagi wanita” dan beliau menyatakan bahwa ‘Aisyah mengenakan cincin-cincin emas. Berkata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah:
“Kaum wanita diperkenankan memakai sutera dan seluruh jenis sebagaimana dibolehkan bagi mereka memakai cincin emas dan seluruh perhiasan dari emas demikian pula dari perak. Sama saja apakah wanita itu sudah menikah atau belum masih muda atau sudah tua kaya ataupun miskin.”
Beliau juga menyatakan bahwa kaum muslimin bersepakat tentang boleh wanita memakai cincin emas. Ibnu Qudamah dlm Al-Mughni berkata: “Dibolehkan bagi wanita mengenakan perhiasan dari emas perak dan permata dgn bentuk yg biasa mereka kenakan misal gelang tangan gelang kaki anting-anting dan cincin. Termasuk pula perhiasan yg dikenakan di wajah-wajah mereka di leher di tangan di kaki di telinga mereka dan selainnya. Adapun perhiasan yg menurut kebiasaan mereka tdk lazim dipakai seperti sabuk dan semisal dari perhiasan laki2 mk diharamkan bagi wanita memakainya.” Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa perhiasan emas dan perak boleh dipakai wanita dgn kesepakatan ulama. Selain emas perak dan batu-batu mulia seperti berlian dan lain wanita dibolehkan pula memakai perhiasan dari mutiara . Allah ta`ala berfirman:  “Dan dari masing-masing laut itu kalian dapat memakan daging yg segar dan kalian dapat mengeluarkan perhiasan yg dapat kalian pakai.” Ibnu Hazm berkata: “Tidak ada perhiasan yg  dikeluarkan dari laut kecuali mutiara. mk dari ayat Al Qur’an di atas ada penetapan halal mutiara ini  bagi lelaki maupun wanita.” Di jari mana diletakkan cincin? ‘Ali radhiallahu anhu berkata:
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarangku memakai cincin di jariku ini atau yg ini” sambil  mengisyaratkan jari tengah dan jari setelah. Larangan yg disebutkan dlm hadits ‘Ali di atas berlaku bagi laki2 sementara bagi wanita tdk diterapkan larangan demikian krn itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Kaum muslimin sepakat sunnah bagi laki2 mengenakan cincin di jari kelingking sedangkan wanita boleh memakai cincin di seluruh jari Melubangi daun telinga Dalam masalah kebolehan wanita melubangi daun telinga utk menggantungkan anting-anting diperselisihkan oleh ulama. dlm Ash-Shahihain disebutkan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan para wanita utk bersedekah ada di antara mereka yg menyedekahkan anting-anting . Hadits ini cukuplah sebagai dalil tentang boleh wanita memakai anting-anting. Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Dibolehkan melubangi daun telinga anak perempuan dlm rangka berhias demikian dinyatakan oleh Al-Imam Ahmad. Sedangkan utk anak laki2 beliau membencinya. Perbedaan kedua adl perempuan butuh akan perhiasan sehingga ada kemaslahatan melubangi daun telinganya. Berbeda hal dgn anak laki-laki”. Beliau juga menyatakan bila ada yg berkata: Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan tentang musuh Iblis yg pernah menyatakan:
“Dan sungguh aku akan memerintahkan mereka hingga mereka benar-benar akan memotong telinga-telinga hewan ternak mereka.” Ini menunjukkan bahwa memotong telinga membelah dan melubangi merupakan perintah setan. mk dijawab bahwa qiyas ini termasuk qiyas yg paling rusak. Karena mereka yg diperintah oleh setan utk memotong telinga hewan mereka dgn ketentuan bila seekor unta betina telah beranak sebanyak lima kali kemudian bunting lagi utk ke-6 kali dan ternyata yg lahir adl jantan merekapun membelah telinga unta betina tersebut. Dan mereka juga mengharamkan utk ditunggangi serta diambil manfaat tdk boleh dihalau dari sumber air yg sedang diminum tdk pula dari tanaman. Mereka mengistilahkan dgn bahirah. Setan mensyariatkan utk mereka dgn satu syariat dari sisinya. Jika demikian bagaimana bisa dibandingkan dgn perbuatan melubangi daun telinga anak perempuan utk diletakkan perhiasan yg dibolehkan oleh Allah? Adapun melubangi telinga anak laki2 mk tdk ada kemaslahatan pada baik dari sisi agama maupun dunia krn itu tidaklah diperkenankan.” Minyak wangi Wangi yg semerbak memberi nuansa tersendiri melapangkan dada dan menyenangkan hati. Sehingga wajar bila tiap insan menyukai termasuk Rasul kita yg mulia shallallahu ‘alaihi  wasallam. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda: “Wanita dan minyak wangi dijadikan sebagai kecintaanku dari dunia ini dan shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri tdk pernah menolak bila diberikan wewangian . Beliau menyatakan kepada shahabatnya: “Siapa yg ditawari raihan mk janganlah ia menolak krn raihan ini ringan dibawa dan aroma wangi.” Hadits ini menunjukkan dimakruhkan menolak tawaran berupa minyak wangi terkecuali bila seseorang memiliki udzur hingga ia terpaksa menolak demikian dinyatakan Al-Imam An- Nawawi rahimahullah. Seorang shahabat dari kalangan Anshar mengabarkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tiga perkara yg seharus dilakukan oleh seorang muslim yaitu mandi pada hari Jum`at bersiwak dan menyentuh winyak wangi jika didapatkan.” Seorang wanita juga disukai utk selalu menebarkan keharuman dari tubuh di hadapan sang suami. Sehingga sepantas kalau ia selalu memakai minyak wangi atau yg semisal dari wewangian yg diperkenankan. Adapun perbedaan antara minyak wangi laki2 dgn minyak wangi wanita disebutkan berita dari Anas radhiallahu ‘anhu. Ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Minyak wangi laki2 adl yg tercium jelas bau dan tdk tampak warnanya. Sedangkan minyak wangi wanita adl yg tampak warna dan tersembunyi baunya.” Berkata Al-Munawi rahimahullah dlm Faidhul Qadir : “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: yaitu tampak warna dan tersembunyi bau dari laki2 yg bukan mahram seperti za’faran.” Berkata Al Baghawi dlm karya Syarhus Sunnah: “Sa’ad menyatakan: ‘Aku berpandangan mereka membawa pengertian sabda Nabi ini apabila si wanita hendak keluar rumah. Adapun bila ia berada di sisi suami mk ia boleh memakai minyak wangi/ wewangian apa saja yg diinginkan.” Dalam syariat yg mulia ini diharamkan bagi wanita bila tercium wangi oleh laki2 selain mahramnya. Bahkan wanita yg memakai wewangian kemudian sengaja melewati sekelompok lelaki yg bukan mahram dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai wanita pezina. “Setiap mata itu berzina . Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati majelis laki2 mk wanita itu begini dan begitu.” Dalam riwayat Ahmad disebutkan: “ Wanita mana saja yg memakai wangi-wangian kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wangi mk wanita itu pezina.” Mengapa si wanita disebut demikian? Karena ia mengobarkan syahwat lelaki dgn aroma yg berasal dari wewangian yg dipakainya. Sehingga mereka terpancing utk memandangnya. Bila demikian si lelaki menjadi berzina dgn kedua mata dan si wanitalah penyebab mk ia berdosa. Demikian kata Al-Mubarakfuri dlm Tuhfatul Ahwadzi . Karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang wanita yg ingin ikut shalat berjamaah di masjid utk memakai minyak wangi sebagaimana sabdanya: “Apabila salah seorang dari kalian ingin ikut shalat ‘Isya berjamaah mk janganlah ia memakai minyak wangi pada malam itu.” Pun beliau melarang wanita yg terlanjur memakai wewangian utk hadir dlm shalat berjamaah di masjid. “Wanita siapa saja yg memakai wewangian mk jangan ia hadir bersama kami dlm shalat ‘Isya.” Semua aturan yg agung ini ditetapkan utk menutup pintu fitnah agar kaum lelaki tdk terfitnah dengan wanita dan demikian juga sebaliknya. Demikian apa yg dapat kami susun utk pembaca semoga Allah menjadikan bermanfaat. Wallahu ta`ala a`lam bish-shawab.

0 comments:

Copyright © 2012 Wanita Islami.